Wednesday, November 9, 2016

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الصَّلَاةَ رُكْنًا مِنْ أَرْكَانِ هَذَا الدِّيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ الَّذِيْ جَعَلَ بَيْنَ الإِسْلَامِ وَالكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا }

أَمَّا بَعْدُ..

فَإِنَّ خَيْرَ الكَلَامِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الهُدَى هَدْيُ رَسُوْلِ اللهِ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Sesungguhnya kewajiban-kewajiban yang menjadi bagian dari syariat Islam, semuanya disyariatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berada di bumi. Kecuali satu kewajiban, yang diwahyukan kepada beliau setelah beliau menembus lapisan-lapisan langit. Kewajiban tersebut adalah kewajiban shalat lima waktu sehari semalam.
Shalat diwahyukan kepada beliau tatkala beliau telah menempuh perjalanan hingga langit ketujuh. Hal ini menunjukkan betapa agung dan pentingnya kedudukan shalat dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At-Taubah: 11).
Dari ayat ini dapat kita pahami, jika orang-orang sama sekali meninggalkan shalat, maka dia bukan saudara seagama bagi umat Islam lainnya. Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang siapakah yang akan menjadi penghuni Saqar.

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ . قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al-Mudatstsir: 42-43).
Hal lainnya yang menunjukkan betapa besar dan agung kewajiban shalat ini adalah syariat tidak memberi dispensasi bagi seseorang untuk meninggalkan shalat walaupun mereka sedang berperang melawan orang-orang kafir. Hanya saja mereka mendapatkan keringanan dalam penunaiannya, yaitu dengan melakukan shalat khauf (shalat dalam kondisi mencekam).
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim).
Dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad, juga ash-habu-s sunan, dari Buraidahradhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah).
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

“Barangsiapa yang selalu menjaganya (shalat), maka baginya cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat, sedangkan yang tidak menjaganya maka tidak ada baginya cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat, dan pada hari kiamat akan bersama Karun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad).
Dari Ali radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Shalat, sahalat, dan bertakwalah kalian kepada Allah dalam permasalahan budak-budak yang kalian miliki”. (HR. Ahmad).
Begitu intens dan ketatnya syariat dalam permasalahan shalat ini, menunjukkan pentingnya shalat dalam syariat ini. Oleh karena itu, para sahabat Nabi sangat tegas dalam perihal terkait ibadah shalat. Sampai-sampai Umar bin al-Khattab mengatakan,

لَا إِسْلَامَ لِمَنْ لَا صَلَاةَ لَهُ

“Tidak ada bagian dari Islam, bagi orang yang tidak mengerjakan shalat.”
Abdullah bin Mas’ud berkata,

لَا دِيْنَ لِمَنْ لَمْ يُصَلِّ

“Tidak ada bagian dari agama, orang yang tidak mengerjakan shalat.”
Abdullah bin Syaqiq al-‘Uqaili radhiallahu ‘anhu berkata, “Sahabat Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam memandang, tidak ada amalan yang menyebabkan kekufuran jika ditinggalkan, kecuali shalat.”
Dengan demikian, saudara-saudaraku seiman,
Hendaknya kita memperhatikan shalat kita. Hendaknya kita bersungguh-sungguh memacu diri-diri kita untuk menunaikan rukun Islam yang agung ini. Ia adalah tiang yang menyebabkan berdirinya bangunan agama seseorang.
Semoga Allah memberi kita taufik dalam menjaga shalat-shalat kita.

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ
أما بعد:

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan bawah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, pen), (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Muslim).
Hadits ini menerangkan tentang mulianya kedudukan shalat dalam Islam. Keagungan shalat juga bisa kita ketahui bahwa lima waktu yang kita kerjakan dinilai 50 kali shalat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Setelah kita mengetahui kedudukan shalat dan betapa agungnya shalat dalam Islam. Mari kita saksikan realita, kondisi kaum muslimin dalam mendudukkan shalat pada diri mereka. Banyak di antara saudara-saudara kita umat Islam, tidak shalat berjmaah di masjid bersama kaum muslimin lainnya. Mereka mendengar adzan dikumandangkan, iqomah ditegakkan, bahkan suara bacaan ayat Alquran yang dilantunkan oleh imam, namun mereka tidak shalat bersama kaum muslimin. Mereka disibukkan dengan kegiatan dan aktivitas dunia mereka.
Sayang sekali, umat Islam meninggalkan shalat berjamaah di masjid, padahal pahala yang Allah sediakan untuk mereka sangatlah besar.
Kondisi lainnya, ada sebagian umat Islam yang mengerjakan shalat keluar dari waktunya. Dan ini termasuk dosa besar yang harus dijauhi. Allah Ta’alaberfirman,

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59).
Tentang ayat ini, ada yang bertanya kepada sahabat Nabi, Saad bin Waqqash, “Apakah yang dimaksudkan ayat itu adalah orang-orang yang meninggalkan shalat?” Saad menjawab, “Jika mereka meninggalkan shalat (sama sekali pen.), maka mereka keluar dari Islam. (Maksud ayat ini) Mereka yang mengakhirkan waktu, saat mengerjakan shalat”.
Jadi, ayat ini adalah peringatan bagi orang-orang yang mengerjakan shalat, namun mereka melakukan kelalaian dengan mengakhirkan penunaiannya. Adapun al-ghayya pada akhir ayat, maksudnya adalah sebuah lembah di Jahannam. Sebagaimana yang ditafsirkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud.
Semoga Allah melindungi kita dari keburukan yang demikian.
Ini adalah ancaman bagi orang-orang yang mengerjakan shalat, hanya saja mereka kerjakan saat keluar dari waktunya. Saudaraku seiman, lalu bagaimana kiranya dengan orang-orang yang tidak mengerjakan shalat selama satu minggu? Atau dua minggu? Satu bulan? Atau dua bulan? Dalam waktu selam itu mereka tidak bersujud kepada Allah. Mereka tidak menunaikan shalat.
Saudaraku seiman,
Masalah ini adalah masalah yang besar, namun sayangnya menyebar di kalangan umat Islam, pemuda-pemuda yang meninggalkan shalat. Tentu saja kita orang yang mengerjakan harus mengoreksi diri. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya ajakan kita kepada anak-anak kita, kurangnya masukan dan nasihat kita kepada para pemuda, dan kurangnya kita dalam menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Saudaraku seiman,
Hendaknya kita bertakwa kepada Allah. Kita ajak saudara-saudara kita sesama muslim untuk mengerjakan shalat. Dan bagi mereka yang tidak mengerjakan shalat, hendaklah takut kepada Allah. Karena kita semua, akan berdiri di hadapan Allah kelak. Demi Allah, saat itulah penyesalan yang mendalam akan hadir. Penyesalan saat kenikmatan dunia sudah lepas dari kita dan ruh kita terlah berpisah dari raga dan keluarga. Saat kita dimakamkan, seorang diri dalam liang kubur. Kemudian Allah akan membangkitkan dan mengumpulkan kita.
Apa yang akan kita katakana kepada Allah? Alasan apa yang akan kita ajukan untuk membela diri karena meninggalkan shalat? Maka sibukkanlah diri dengan amal. Ingatlah lima perkara, sebelum datang lima perkara lainnya. Manfaatkanlah kehidupan, sebelum datang kematian.

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ:  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)), وَقَالَ عَلَيْهِ الصَلَاةُ وَالسَلَامُ : ((رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ)) ، وَلِهَذَا فَإِنَّ مِنَ البُخْلِ عَدَمُ الصَّلَاةِ وَالسَلَامِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ ذِكْرِهِ صلى الله عليه وسلم.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا وَالمُسْلِمِيْنَ أَجْمَعِيْنَ لِلصَّلَاةِ عَلَى خَيْرٍ حَالٍ .اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَسَابِقِيْنَ فِي الصَّلَاةِ .

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ قُلُوْبَنَا حَاضِرَةٌ خَاشِعَةٌ عِنْدَ الصَّلَاةِ. اَللَّهُمَّ وَفِّقِ الْمُسْلِمِيْنَ بِأَنْ يُصَلُّوْا لِرَبِّهِمْ، اَللَّهُمَّ مَنْ كَانَ تَارِكًا لِلصَّلَاةِ أَوْ مُقَصِّرًا فِيْهَا فَوَفِّقْهُ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ أَنْ يَرْجِعَ إِلَيْكَ وَ يَتُوْبُ .

وَقُوْمُوْا إِلَى صَلَاتِكُمْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ.

Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Aziz ar-Rais


Sunday, October 30, 2016

Khutbah Pertama:

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْحَقِّ اْلمُبِيْنِ وَأَيَّدَهُ بِاْلآيَاتِ اْلبَيِّنَاتِ لِتَقُوْمَ الْحُجَّةُ عَلَى الْمُعَانِدِيْنَ: {لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ وَإِنَّ اللهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ }وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه إِلَهُ اْلأَوَّلِيْنَ وَاْلآخِرِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengutus utusan-Nya dengan membawa kebenaran serta bukti yang sangat nyata. Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain AllahSubhanahu wa Ta’ala semata, tidak ada tandingan bagi-Nya dan tidak ada yang serupa dengan-Nya. Saya juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad n adalah hamba dan utusan-Nya, penutup para nabi yang tidak ada nabi setelahnya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan membenarkan semua berita yang sahih yang datang dari Rasul-Nya. Marilah kita senantiasa mengingat bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para rasul-Nya sebagai pemberi kabar gembira sekaligus pemberi peringatan bagi para hamba-Nya. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk membela dirinya dari kesalahankesalahan yang dilakukannya setelah diutusnya para rasul. Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menguatkan para rasul-Nya dengan tanda-tanda kenabian yang membenarkan ajaran yang dibawanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan keadilan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. al-Hadid: 25)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنَ ا نْألَْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أُعْطِيَ مِنَ ا يْآلَاتِ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ

“Tidak ada seorang nabi pun kecuali diberikan (kepadanya) tanda-tanda (bukti kenabian) yang dengan semisal itu manusia beriman.” (HR. Muslim)
Dari ayat dan hadits tersebut, kita mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’alamenguatkan kebenaran para rasul-Nya dengan tanda-tanda kenabian atau mukjizat sehingga tegaklah hujah bagi orangorang yang menentang ajaran mereka. Di sisi lain, akan membuat orang yang beriman semakin yakin dan menerima kebenaran yang dibawa oleh para rasul.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Di antara bukti nyata yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada para rasul-Nya, bahkan termasuk tanda-tanda kenabian yang paling besar, adalah mukjizat yang diberikan kepada pemimpin sekaligus penutup para nabi, yaitu nabi kita Muhammad n. Tanda-tanda kenabian atau yang disebut dengan mukjizat tersebut ada yang sifatnya kauniyah dan ada pula yang sifatnya syar’iyah. Di antara tanda kenabian yang sifatnya syar’iyah adalah mukjizat yang berupa Alquran. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan kepada orang-orang yang meminta bukti nyata tentang kebenaran Rasul yang paling mulia ini di dalam firman-Nya,

أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَىٰ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (Alquran) yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Alquran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS. al-‘Ankabut: 51)
Hadirin rahimakumullah,
Memang benar bahwa Alquran adalah mukjizat terbesar. Sebab, ia diturunkan sebagai pembenar bagi kitabkitab yang sebelumnya dan menjadi hakim yang memutuskan ketetapan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala serta menghapus berlakunya kitab-kitab sebelumnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ

“Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai hakim terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (QS. al-Maidah: 48)
Hadirin rahimakumullah,
Demikianlah, Alquran adalah kitab suci yang kandungan ajarannya menyeluruh untuk seluruh manusia hingga akhir zaman serta akan senantiasa tepat dan sesuai, kapan dan di mana pun. Kandungannya berisi berita dan kisah yang penuh dengan hikmah, berisi hukum-hukum yang sempurna dan penuh keadilan, yang sangat dibutuhkan untuk kebaikan individu dan masyarakat. Begitu pula saat dibaca, Alquran memiliki keindahan yang luar biasa dari sisi kalimat atau lafadznya sehingga tidak membosankan pembacanya dan mampu memberikan pengaruh yang besar bagi orang-orang yang bertadabur saat membacanya.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu, kita harus benarbenar memahami bahwa di hadapan kita ada Alquran yang merupakan kitab suci yang sangat agung. Kitab yang berisi petunjuk kepada jalan yang lurus. Kitab yang merupakan kalam Allah yang tidak ada sedikit pun kesalahan di dalamnya. Sudah semestinya kita mempelajari dan mengamalkan kitab yang mulia ini. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ () لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka (baik) secara diam-diam maupun terangterangan. Mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30)
Demikian keutamaan seseorang yang memiliki sifat sebagaimana tersebut dalam ayat di atas, di antaranya adalah msenantiasa membaca Alquran. Diantelah melakukan perniagaan dengan nkeuntungan yang dijamin oleh AllahSubhanahu wa Ta’ala tidak akan mengalami kerugian.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Termasuk mukjizat yang menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah syariat Islam yang dibawanya. Sebab, syariat tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan, baik yang berkaitan dengan hubungan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun yang mengatur hubungan sesama manusia. Jadi, semua yang dibutuhkan untuk kebaikan manusia, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, maupun akhlak serta adab, ada dalam syariat yang mulia ini. Oleh karena itu, seandainya seluruh manusia berkumpul untuk membuat syariat yang serupa dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam maka mereka tidak akan mampu untuk mewujudkannya. Hal ini tentu menunjukkan bukti nyata bahwa apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah syariat yang benar-benar datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saudara-saudaraku rahimakumullah,
Dengan demikian, di hadapan kita ada syariat yang sempurna dan penuh dengan keadilan. Syariat yang merupakan tanda kenabian dan menunjukkan kebenaran Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. al-Maidah: 50).
Maka dari itu, sudah semestinya kaum muslimin mengikuti syariat AllahSubhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan aturan yang bertentangan dengan syariat-Nya. Kaum muslimin wajib meyakini bahwa kebenaran dan keadilan hanya ada pada syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun aturan yang bertentangan dengannya adalah aturan yang batil dan zalim. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita untuk istiqamah di atas ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamhingga ajal mendatangi kita.

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، أشْهَدُ أَنْ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِه وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كثيراً،

أَمَّا بَعْدُ:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun tanda-tanda kenabian yang sifatnya kauniyah, jumlahnya amat banyak. Di antaranya adalah akhlak yang ada pada diri Rasulullah n dan amal ibadah beliau yang luar biasa. Sungguh, kebenaran beliau n sebagai utusan AllahSubhanahu wa Ta’ala terlihat pada keluhuran akhlak beliau yang dikenal kejujuran, kebaikan, keadilan, dan kesabarannya. Seseorang yang mempelajari sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjumpai bahwa beliau adalah sosok yang senantiasa menepati janji, tidak pernah sekali pun berdusta, berbuat zalim, atau berkata kotor dan berbuat nista. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diketahui sebagai sosok yang tidak memerintahkan satu kebaikan pun kecuali menjadi orang yang pertama kali menjalankannya.
Beliau tidaklah melarang satu kejelekan pun kecuali menjadi orang yang pertama kali meninggalkannya. Begitu pula, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamadalah pribadi yang diberi kemenangan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengalahkan musuh-musuh yang menentang ajaran yang dibawanya, namun tidak ada keangkuhan pada diri beliau. Ketinggian akhlak dan ibadah beliau menjadi tanda kenabian yang dengan jelas menunjukkan bahwa beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Masih banyak lagi tanda-tanda kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya apa yang disaksikan oleh orang-orang Quraisy setelah mereka meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanda-tanda yang menunjukkan kebenarannya, yaitu terbelahnya bulan menjadi dua hingga mereka melihat Gua Hira ada di antara keduanya. Begitu pula, termasuk tanda-tanda kenabian adalah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Isra’ adalah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan berkumpulnya para nabi di tempat tersebut lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat mengimami mereka.
Mi’raj adalah naiknya beliau ke langit dan bertemu serta saling mengucapkan dan menjawab salam dengan beberapa nabi pada setiap langit, hingga mencapai tempat yang bernama Sidratil Muntaha. Di sanalah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun tanpa melihat- Nya, untuk mendapatkan kewajiban shalat lima waktu. Sebelumnya, diwajibkan lima puluh kali dan kemudian mendapatkan keringanan setelah beliau berbolak-balik dari Nabi Musa menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendapatkan keringanan tersebut. Bahkan, pada peristiwa yang terjadi dalam satu atau sebagian malam tersebut juga diperlihatkan surga dan neraka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua ini adalah tanda-tanda kebesaran AllahSubhanahu wa Ta’ala yang menunjukkan kebenaran Nabi kita Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ

“Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Rabbnya yang paling besar.” (QS. an-Najm: 18).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itu, marilah kita terima dengan penuh lapang dada agama AllahSubhanahu wa Ta’ala yang telah disampaikan melalui utusan-Nya yang paling mulia, yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Marilah kita kedepankan wahyu yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdaripada akal kita. Marilah kita tundukkan hawa nafsu kita untuk mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik-Nya kepada kita semua.

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ:  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56]

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنَّ وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي دَوْرِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ أَهْلَ الإِسْلَامِ بِسُوْءٍ فَجْعَلْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ وَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ تَدْمِيْرُهُ يَاسَمِيْعُ الدُّعَاءِ اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَدُعَائَنَا اَللَّهُمَّ لَا تَرُدْنَا خَائِبِيْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابِ رَبَّنَا اغْفِرْ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Oleh Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.


Friday, October 28, 2016

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَجَعَلَ فِي العُمْرِ فُسْحَةٍ، وَفِي الْحَيَاةِ مُهْلَةٍ، أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُهُ عَلَى كُلِّ نِعْمَةٍ وَقُرْبَةٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ جَمَعَ قُلُوْبَ المُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْمَحَبَّةِ وَالأُلْفَةِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ قُدْوَةٍ وَأُسْوَةٍ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْ كَانَتْ صُحْبَتُهُمْ لِنَبِيِّهِمْ أَجَلَّ صُحْبَةٍ وَأَعْظَمُ فُرْصَةٍ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَأُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Kehidupan merupakan kesempatan, dan kehidupan berisi kesempatan-kesempatan yang silih berganti yang tidak terhingga. Allah menjalankan hamba-hambaNya dalam kesempatan-kesempatan tersebut, kesempatan-kesempatan yang bervariasi, selalu hadir dalam segala bidang. Ada kesempatan yang akhirnya merubah arah kehidupan, ada kesempatan yang mendatangkan perubahan kehidupan menjadi lebih baik bagi orang yang menggunakan kesempatan tersebut dan mengembangkannya.
Sebagian kesempatan tidak terulang lagi. Sebagian salaf berkata :

إذا فُتح لأحدكم بابُ فليُسْرعْ إليه، فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي مَتَى يُغلَقُ عَنْهُ

“Jika dibukakan bagi seorang dari kalian pintu kebaikan maka bersegeralah menuju kepadanya, karena sesungguhnya ia tidak tahu kapan ditutup pintu tersebut”
Kesempatan terkadang dalam bentuk ketaatan, atau amalan kebajikan untuk membangun negeri atau pengembangan masyarakat, dan terkadang kesempatan berupa kedudukan dan jabatan untuk ia gunakan demi membantu kepada agama dan umat, dan terkadang kesempatan dalam bentuk perdagangan.

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ مَعَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ

“Sebaik-baik harta yang baik adalah bersama hamba yang sholeh” (HR. Ibnu Hibban).
Kesempatan dalam kehidupan seorang mukmin terbuka terus sepanjang hidup, tegak terus hingga saat-saat terakhir dari umurnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا

“Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Al-Bukhari di Al-Adab Al-Mufrod).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan yang diikuti, dengan kesiagaannya selalu, pandangan beliau yang tajam dan terang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan. Beliau selalu memotivasi dalam ketaatan, memberi dorongan kepada hamba-hamba Allah, memberi pengarahan dan tarbiyah. Suatu hari beliau membonceng Ibnu Abbas –semoga Allah meridoinya- di belakang beliau, maka beliau berkata ;
“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepada engkau beberapa perkataan, jagalah Allah maka niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah maka niscaya engkau akan mendapati Allah di hadapanmu, jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. at-Tirimidzi).
Tatkala beliau melihat tangan Umar bin Abi Salamah berkeliaran di tampan makanan, maka beliau berkata :

يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللهَ، وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

“Wahai pemuda, ucaplah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Adapun Abu Bakar ash-Shiddiq –semoga Allah meridhoinya-, maka beliau telah bersegera dalam memanfaatkan kesempatan, maka beliau telah meraih predikat “pelopor” dalam masuk Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda tentang beliau,

إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ: كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَهَلْ أَنْتُمْ تَارِكُو لِي صَاحِبِي ” –مرَّتّيْنِ-، قَالَ: فَمَا أُوذِيَ بَعْدَهَا

“Sesungguhnya Allah mengutus aku kepada kalian lalu kalian berkata : “Engkau berdusta”, adapun Abu Bakar beliau berkata, “Muhammad telah benar”, ia telah menolongku dengan jiwa dan hartanya. Maka apakah kalian tidak meninggalkan gangguan terhadap sahabatku (yaitu Abu Bakar) demi aku !! (Rasulullah mengucapkannya dua kali)”. Maka Abu Bakar tidak pernah diganggu lagi setelah itu (HR. al-Bukhari).
Lihatlah Utsman bin ‘Affan –semoga Allah meridhoinya-, beliau menggunakan kesempatan keberadaan para sahabat di kota Madinah, maka beliaupun menjadikan semua orang bersatu dalam satu mushaf pada seorang imam yang disepakati oleh para sahabat, lalu jadilah imam tersebut adalah imam yang disepakati, maka Allah-pun menjaga kaum muslimin dengan sebab imam tersebut dari banyak keburukan dan perselisihan.
Barangsiapa yang bersegera memanfaatkan kesempatan yang terbuka maka ia akan mendahului selainnya beberapa tingkatan. Orang-orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshoor lebih afdol dari pada orang-orang yang datang setelah mereka. Dan diantara mereka ada para peserta perang Badar yang memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Dan parang sahabat yang masuk Islam sebelum Fathu Makkah, berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka, memiliki keutamaan yang lebih daripada para sahabat yang melakukan hal tersebut setelah Fathu Makkah. Allah berfirman,

وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (١٠)أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (١١)فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (١٢)ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ (١٣)وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ (١٤)

“Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al-Waqi’ah: 10-14).
Kesempatan-kesempatan emas berlalu begitu cepat, karena waktunya sangat terbatas, cepat selesai, coba perhatikan perjalanan seorang yang telah tua, lihatlah begitu cepat perubahan kondisinya dari dahulunya sehat sekarang menjadi sakit, dari kaya menjadi miskin, dari rasa aman menjadi takut, dari waktu kosong kepada kesibukan, dari muda menjadi tua.
Semakin ditekankan untuk memanfaatkan kesempatan di masa-masa fitnah dan musibah serta malapetaka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

بَادِرُوا بالأَعْمَالِ فِتَناً كقِطَع اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَاَفِراً، وَيُمْسِي مُؤْمناً وَيُصْبِحُ كافِراَ يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegaralah beramal sholeh sebelum datangnya firnah-fitnah yang seperti potongan malam yang gelap gulita, seseorang di pagi hari dalam kondisi mukmin dan di sore hari menjadi kafir, seseorang di sore hari masih mukmin dan di pagi hari menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kepentingan dunia.” (HR. Muslim).
Karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan umatnya untuk memanfaatkan kesempatan dan bersegera untuk melakukan kebaikan sebelum terlambat, maka beliau bersabda,

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah 5 perkara sebelum 5 perkara, masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu, kecukupanmu sebelum engkau miskin, waktu luangmu sebelum kesibukanmu, kehidupanmu sebelum kematianmu.” (HR. an-Nasai).
Manfaatkanlah kesempatan hidupmu, barangsiapa yang mati maka terputuslah amalannya, cita-citanya terluputkan, dan pasti datang kepadanya penyesalan. Manfaatkanlah kesehatanmu, barangsiapa yang sakit maka ia tidak kuat untuk melakukan banyak amal kebajikan, lalu ia berangan-angan seandainya ia di masa sehatnya ia sholat dan puasa. Manfaatkanlah waktu luangmu sebelum engkau dikejutkan dengan berbagai macam kesibukan, kau disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari. Manfaatkanlah masa mudamu sebelum engkau tua, maka beratlah tubuhmu, anggota-anggota tubuhmu tidak kuat lagi. Manfaatkanlah masa kayamu, bersedekahlah, berinfahklah, keluarkanlah hartamu, sebelum engkau kehilangan hartamu atau hartamu pergi meninggalkanmu.
Seluruh kesempatan adalah manfaat, bagaimanapun kecilnya kesempatan tersebut dalam pandanganmu, maka itu adalah keuntungan. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun meskipun hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah tersenyum.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمنْ لَمْ يجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Jagalah dirimu dari api neraka meskipun dengan bersedekah sepenggal butir kurma, dan barangsiapa yang tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan maka bersedekahlah dengan ucapan yang baik.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Beliau juga bersabda,

إنَّ العبْدَ لَيَتَكلَّمُ بالكلمةِ مِنْ رِضْوانِ الله، لا يُلْقي لها بالاً، يرْفَعُ الله بِها دَرَجاتٍ

“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang diridoi oleh Allah, ia tidak memperdulikan perkataan tersebut, maka Allah mengangkatnya beberapa derajat karena kalimat tersebut.” (HR. al-Bukhari).
Demikianlah kondisi seorang muslim, ia selalu memanfaatkan segala kesempatan untuk memberi bagaimanapun kecilnya, ia berusaha semaksimal mungkin meskipun pemberian tersebut sedikit. Nabi Yusuf ‘alaihissalammenghadapi sulitnya tinggal di negeri asing, kerasnya kezoliman dalam penjara, akan tetapi ia tetap beramal kebajikan demi agama, dan ia memberi pengarahan kepada jalan kebenaran. Ia berkata,

يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (٣٩)

“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” (QS. Yusuf: 39).
Taubat merupakan kesempatan emas dalam kehidupan, seseorang tidak tahu kapan akan luput kesempatan tersebut dari dirinya. Allah Ta’ala berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133).
Dengan bertaubat maka Allah menganugerahkan kepada para hamba untuk instropeksi diri, untuk merenungkan tentang kondisi mereka, lalu mereka segera kembali kepada Allah sebelum datang kepada mereka kondisi-kondisi lemah dan petaka. Di dalam hadits:

إِنَّ صَاحِبَ الشِّمَالِ لِيَرْفَعُ الْقَلَمَ سِتَّ سَاعَاتٍ عَنِ الْعَبْدِ الْمُسْلِمِ الْمُخْطِئِ أَوِ الْمُسِيءِ، فَإِنْ نَدِمَ وَاسْتَغْفَرَ اللهَ مِنْهَا أَلْقَاهَا، وَإِلَّا كُتِبَتْ وَاحِدَةً

“Sesungguhnya malaikat yang di kiri mengangkat penanya selama enam waktu dari seorang hamba muslim yang bersalah atau berbuat keburukan, jika sang hamba menyesal dan memohon ampunan dari dosa tersebut maka iapun tidak jadi mencatat, namun jika tidak maka dicatat satu dosa.” (HR. at-Thobroni).
Dan musim-musim kebaikan merupakan kesempatan yang datang silih berganti, merupakan anugerah yang besar, yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang cerdas, musim haji mencuci dosa-dosa, umroh menebus kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, demikian juga dengan bulan Ramadhan bersama siangnya yang agung dan indahnya malam-malamnya.
Menetap tinggal dan dekat dengan tempat-tempat mulia merupakan kesempatan yang berharga, karena kebaikan-kebaikan dilipat gandakan di Mekah dan Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ، وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Sholat di masjidku lebih baik dari seribu sholat di masjid yang lain, kecuali al-masjid al-harom. Dan sholat di al-masjidil haram lebih baik dari seratus ribu sholat di masjid yang lainnya.” (HR. Ibnu Majah).
Bahkan orang-orang yang terkena musibah, maka kesempatan mereka adalah mendapatkan pahala dalam kesabaran serta ridho dengan keputusan dan taqdir Allah.
Seorang muslim yang cerdas, adalah seorang yang memiliki semangat yang tinggi, ia mengembangkan jiwanya yang bersegera, maka ia menciptakan kesempatan-kesempatan dan ia melahirkan amalan-amalan yang terarah untuk mendapatkan pahala, untuk memanfaatkan waktu dan kehidupannya, maka iapun memberi manfaat kepada dirinya, iapun menambah bekalnya, ia berkhidmah kepada negerinya dan umat-nya.
Orang yang bahagia adalah orang yang menjadikan seluruh musim dalam kehidupannya sebagai kesempatan untuk menyucikan dirinya, menjadikan kehidupannya lebih baik, maka iapun bertekad dan serius serta iapun melombai waktu, bersegera menuju ketinggian. Adapun jika hilang sikap bersegera, tersebarlah sikap “berpangku tangan” maka seorang muslim akan kehilangan kesempatan-kesempatan berharga dan keberuntungan yang besar, serta akan tidak berfungsi kekuatannya, bekulah pengaruhnya di negeri dan umatnya. Hal ini menkonsekuensikan agar kita mengarahkan kehidupan kita dengan bimbingan, dengan serius dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan, agar kita semakin maju di dunia dan semakin tinggi mulia dalam kehidupan, serta aman tenteram di hari akhirat.
Barangsiapa yang menjadikan tujuan hidupnya rendah, dan nilai dirinya dalam kehidupan ini murahan, maka ia telah meluputkan dirinya dari kesempatan-kesempatan dan hanya menghabiskan kehidupannya untuk bersenang-senang dan berhura-hura, maka hari-harinya pun sirna dalam kesia-siaan, tahun-tahun yang sia-sia itulah umurnya, dan ia akan berkata tatkala di akhirat:

يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي (٢٤)

“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”. (QS. Al-Fajr: 24).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيآتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الإِسْلَامِ، أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُهُ عَلَى الدَّوَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اَلْمُتَفَضِّلُ عَلَى عِبَادِهِ بِالصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ وَقَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً دَائِمَةً عَلَى التَّمَامِ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَأُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهَ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Menunda-nunda menyebabkan hilangnya kesempatan, sehingga pekerjaan yang dipikul menumpuk, menjadi lambat dan tertunda, pikiran menjadi bercabang tidak karuan, maka kesempatan-kesempatan yang terbuka dihadapannya tidak terlihat, pekerjaanpun tidak terselesaikan. Umar bin Al-Khottob –semoga Allah meridhoinya- berkata :

مِنَ الْقُوَّةِ أَلاَّ تُؤَخِّرَ عَمَلَ الْيَوْمِ إِلَى الْغَدِ

“Diantara kekuatan adalah engkau tidak menunda pekerjaan hari ini hingga esok”
Kesempatan-kesempatan juga menjadi mati karena sikap keraguan yang menyebabkan terlewatkannya keberhasilan, sehingga seseorang tetap di tempatnya, sementara pengendara terus berjalan maju. Allah berfirman,

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imron: 159).
Allah juga berfirman,

فَإِذَا عَزَمَ الأمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (٢١)

“Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). tetapi Jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21).
Barangsiapa yang dilanda kelalaian maka ia telah menyia-nyiakan kesempatan dan telah membuang anugerah, ia telah membunuh waktu dengan sikap nganggur tanpa manfaat. Allah berfirman,

لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)

“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf : 179).
Mereka yang lalai akan menyesal pada hari penyesalan. Allah berfirman,

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ (٣٩)

“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputuskan, sementara mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39).
Dan penyesalan terbesar adalah milik orang-orang yang celaka, tatkala mereka meminta dan memohon untuk diberikan kesempatan lagi, mereka berkata:

رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ (١٠٦)رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ (١٠٧)

“Ya Tuhan Kami, Kami telah dikuasai oleh kejahatan Kami, dan adalah Kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari neraka (dan kembalikanlah Kami ke dunia), Maka jika Kami kembali (juga kepada kekafiran), Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mukminun: 106-107).
Maka Allah berkata kepada mereka:

اخْسَئُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ (١٠٨)

“Tinggallah kalian dengan hina di dalam neraka, dan janganlah kalian berbicara dengan aku.” (QS. Al-Mukminun: 108).

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ:  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)) .

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةً الصَالِحَةً النَاصِحَةً يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَناَ تَقْوَاهَا ، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعِفَّةَ وَالغِنَى ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا . اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَصِفَاتِكَ العُلَى أَنْ تَجْعَلْ قُوَّتَنَا حَلَالًا وَأَنْ تَجَنِّبْنَا الحَرَامَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ .

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبَّ العَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَباَرَكَ وَأَنْعَمَ عَلَى عَبْدِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Baari Ats-Tsubaiti (Imam dan khotib Masjid Nabawi)
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda


Translate

Popular Posts